I.
TOPIK : MENGANALISIS ASPIRIN DALAM OSKADAN
II. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar aspirin dalam obat
oskadon.
III. DASAR TEORI
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah suatu jenis obat
dari keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa
sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi.
Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam
tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Aspirin adalah
asam organik lemah yang unik diantara obat-obat AINS dalam asetilasi (dan juga
inaktivasi) siklo-oksigenase irreversible. Aspirin cepat dideasetilasi oleh
esterase dalam tubuh, menghasilkan salisilat yang mempunyai efek
anti-inflamasi, antipiretik dan atau analgesik. Efek antipiretik dan
anti-inflamasi salisilat terjadi karena penghambatan sintesis prostaglandin di
pusat pengaturan panas dalam hipotalmus dan perifer di daerah target (Mycek,
2002).
Pada tahun 1853, seorang ahli kimia Perancis bernama Charles Frederic
Gerhardt berhasil menetralkan salicin alami menjadi asam salisilat (salicylic
acid) lewat penyanggaan (buffering) dengan natrium dan asam asetat. Asam
salisilat ini lebih "ramah" terhadap perut. Kemudian di tahun 1899,
seorang ahli kimia Jerman, bernama Felix Hoffmann, yang bekerja bagi Bayer,
menemukan kembali formula Gerhardt. Hoffmann membujuk Bayer untuk memasarkan
obat itu, yang selanjutnya muncul di pasar dengan nama pasaran
"Aspirin". Aspirin adalah obat pertama yang dipasarkan dalam bentuk
tablet. Sebelumnya, obat diperdagangkan dalam bentuk bubuk (puyer).
Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat
dengan anhidrida asam asetat menggunakan katalis H2SO4
pekat sebagai zat penghidrasi.Asam salisilat adalah asam bifungsional yang
mengandung dua gugus –OH dan –COOH.Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami
dua jenis reaksi yang berbeda. Dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan
aspirin, sedangkan dengan metanol ekses akan menghasilkan metil salisilat. Asam
salisilat diubah melalui perubahan dari gugus gugus fenol menjadi gugus ester
asetat sehingga membentuk senyawa asam asetilsalisilat.Asam ini bersifat lebih
kuat daripada asam salisilat tetapi tidak korosif.( Kusuma, 2003 )
Aspirin atau asam asetil salisilat
merupakan senyawa derivatif dari asam salisilat. Aspirin berupa kristal putih
dan berbentuk seperti jarum. Dalam pembuatan aspirin tidak akan
dihasilkan produk yang baik jika suasananya berair, karena asam salisilat yang
terbentuk akan terhidrolisa menjadi asam salisilat berair. Aspirin
diperoleh dengan proses asetilasi terhadap asam salisilat dengan katalisator H2SO4
pekat. Asetilasi adalah terjadinya pergantian atom H pada gugus –OH dan asam
salisilat dengan gugus asetil dari asam asetil anhidrat.Karena asam salisilat
adalah desalat phenol, maka reaksinya adalah asetilasi destilat
phenol.Asetilasi ini tidak melibatkan ikatan C-O yang kuat dari phenol, tetapi
tergantung pada pemakaian, pemisahan ikatan –OH. Jika dipakai asam karboksilat
untuk asetilasi biasanya rendemen rendah. Hasil yang diperoleh akan lebih baik.
Jika digunakan suatu derivat yang lebih reaktif menghasilkan ester asetat. Nama
lain aspirin adalah metil ester asetanol (karena doperoleh dari esterifikasi
asam salisilat sehingga merupakan asam asetat dan fenilsalisilat). ( Vogel,
1990)
Struktur Aspirin :
1. Sifat Fisik dan Sifat Kimia
Aspirin
ü Sifat
Fisik :
1. Bentuk kristal seperti jarum
2. Berwarna putih mengkilat
3. Dalam alkohol panas larut
4. Titik leleh 135-136 o C
5. Bilangan molekul: 180 g/mol
ü Sifat
Kimia:
1. Dengan NaOH 10% terhidrolisa menjadi
asam salisilat bebas
2. Dengan air terhidrolisis menjadi
asam salisilat bebas dan asam asetat
3. Tidak terhidrolisis dalam asam
lemak, karena dalam lambung tidak diserap dahulu. Setelah dalam usus halus, dalam
suasana basa dapat terhidrolisis menghasilkan asam salisilat bebas. (Fieser,
1987)
Reaksi asetilasi
merupakan jalur metabolisme obat yang mengandung fungsi amin pertama hes
N-asetilasi tidak banyak meningkatkan kelarutan air.Fungsi utama reaksi asetilasi
adalah membuat senyawa menjadi tidak aktif dan untuk
diefektifikasi.Kadang-kadang hasil N-asetilasi bersifat lebih reaktif daripada
senyawa induk.Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi asetilasi adalah
pemanasan. Dengan adanya pemanasan sampai suhu tertentu, molekul akan putus
ikatannya dan terionisasi. Faktor lainnya adalah adanya perbedaan aktivasi
enzim. (Wilcox, 1995)
Aspirin
bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit. Selain itu,
aspirin juga merupakan zat anti-inflammatory, untuk mengurangi sakit pada
cedera ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan zat
antipiretik yang berfungsi untuk mengurangi demam. Tiap tahunnya, lebih dari 40
juta pound aspirin diproduksi di Amerika Serikat, sehingga rata-rata penggunaan
aspirin mencapai 300 tablet untuk setiap pria, wanita serta anak-anak setiap
tahunnya. Penggunaan aspirin secara berulang-ulang dapat mengakibatkan
pendarahan pada lambung dan pada dosis yang cukup besar dapat mengakibatkan
reaksi seperti mual atau kembung, diare, pusing dan bahkan berhalusinasi. Dosis
rata-rata adalah 0.3-1 gram, dosis yang mencapai 10-30 gram dapat mengakibatkan
kematian (Austin, 1984).
Pembuatan aspirin sintesis dapat
dibagi menjadi dua, yaitu :
1.
Sintesa
Aspirin menurut Kolbe.
Pembuatan asam salisilat dilakukan dengan Sintesis Kolbe,
metode ini ditemukan oleh ahli kimia Jerman yang bernama Hermann Kolbe. Pada
sintesis ini, sodium phenoxide dipanaskan bersama CO2 pada tekanan
tinggi, lalu ditambahkan asam untuk menghasilkan asam salisilat. Asam salisilat
yang dihasilkan kemudian di reaksikan dengan asetat anhidrat dengan bantuan
asam sulfat sehingga dihasilkan asam asetilsalisilat dan asam asetat.
2.
Sintesa
Aspirin Setelah Modifikasi Sintesa Kolbe oleh Schmit.
Larutan sodium phenoxide masuk ke dalam revolving heated
ball mill yang memiliki tekanan vakum dan panas (130 O C). Sodium
phenoxide berubah menjadi serbuk halus yang kering, kemudian dikontakkan dengan
CO2 pada tekanan 700 kPa dan temperatur 100 °C sehingga membentuk
sodium salicylate. Sodium salicylate dilarutkan keluar dari mill dan lalu
dihilangkan warnanya dengan menggunakan karbon aktif. Kemudian ditambahkan asam
sulfat untuk mengendapkan asam salisilat, asam salisilat dimurnikan dengan
sublimasi. Untuk membentuk aspirin, asam salisilat di reflux bersama asetat
anhidrat di dalam pelarut toluene selama 20 jam. Campuran reaksi kemudian di
dinginkan dalam tangki pendingin aluminium, asam asetilsalisilat mengendap
sebagai kristal besar. Kristal dipisahkan dengan cara filtrasi atau
sentrifugasi, dibilas, dan kemudian dikeringkan. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
2C6H5ONa
+ 2 H2O
2 C6H5OH
+ 2NaOH
Phenol Sodium Phenoxide
ONaC6H4COONa
+ C6H5OH
2C6H5ONa + CO2
Sodium salicylate
OHC6H4COOH
+ Na2SO4 ONaC6H4COONa +
H2SO4
Asam salisilat
OHC6H4COOCH3
+ H2O
OHC6H4COOH + (CH3CO)2O
Asetat anhidrid Aspirin
Berdasarkan
proses ini, untuk menghasilkan 1 ton asam salisilat, dibutuhkan phenol
800 kg, NaOH 350 kg, CO2 500 kg,
Seng 10 kg, Seng Sulfat 20 kg, dan karbon aktif 20 kg.Aspirin dalam
bentuk tablet mengandung asam asetilsalisilat 0,5 g. Dimaksudkan untuk
mengatasi segala rasa sakit terutama sakit kepala dan pusing, sakit gigi, pegal
linu dan nyeri otot, demikin juga pilek, indfluenza dan demam. Efek terapeutik
aspirin, menghambat pengaruh dan biosintesa dari pada zat-zat yang menimbulak
rasa nyeri, demam dan peradangan (prostaglandin, kinin), days keria antipiretik
dan analgetik dari pada aspirin diperkuat oleh pengaruhnya langsung terhadap
susunan saraf pusat (Dirjen POM, 1979).
Efek samping aspirin yang sering terjadi adalah indikasi
tukak lambung atu tukak peptik yang kadang – kadang disertai anemia sekunder
akibat perdarahan saluran cerna (Tjay, 2002).Salisilat merupakan obat yang paling
banyak digunakan sebagai analgesic, antipiretik, dan anti-inflamasi. Aspirin
dosis terapi bekerja cepat dan efektif sebagai antipiretik. Dengan dosis ini
laju metabolisme juga meningkat. Pada dosis toksik obat ini justru
memperlihatkan efek piretik sehingga terjadi demam dan hiperhidrosis pada
keracunan berat (Ganiswarna, 1995). Asam asetil salisilat diabsorbsi cepat dan mencapai suatu persentase
yang tinggi setelah pemberian secara oral. Bagian asetil sebagian sudah
diuraikan pada jalur mukosa. Dalam hati, setelah dihidrolisis ester lebih
lanjut, terbentuk ester glukuronida dan eter glukuronida serta glisinat (asam
salisilurat) dari asam salisilat. Hanya sebagian kecil yang dioksidasi menjadi
asam gentisinat (Mustchler, 1991).
Pada
pemberian asam asetil salisilat bersama-sama dengan anti koagulan dan
glukokortiroid, bahaya perdarahan pada saluran cerna dipertinggi. Selanjutnya
asam asetil salisilat menaikkan kerja hipoglikemik, golongan sulfonylurea dan
toksisitas metotreksat. Di samping itu senyawa ini mengurangi kerja diuretic
dari diuretika jerat henle akibat penghambatan sintesis prostaglandin, serta
mengurangi efek urikosurika karena persaingan terhadap pembawa asam pada alat
tubuli ginjal. Walaupun asam salisilat memiliki banyak kegunaan, namun ada efek
samping yang tidak disukai yaitu menyebabkan iritasi pada lambung. Penelitian dilakukan
untuk menetralisir keasaman asam salisilat dengan natrium, dan dengan
mengkombinasikan natrium salisilat dan asetil klorida, namun usaha ini masih
belum berhasil. Baru pada tahun 1899, ilmuwan yang bekerja pada Bayer, Felix
Hoffman berhasil menemukan asam asetilsalisilat yang lebih ramah ke lambung.
Kemudian produk ini diberi nama aspirin, a- dari gugus asetil, -spir- dari nama
bunga spiraea , dan –in merupakan akhiran untuk obat pada waktu itu (Tjay, 2002).
2. Oskadon Sp
a. (Paracetamol, Ibuprofen)
Manfaat, Kegunaan, Penggunaan, Fungsi, Kandungan,
Indikasi, Dosis, Efek Samping.Penyakit Terkait :
Sakit Kepala, Migrain : Kenali gejala dan pencetusnya, Migrain : Tips mengatasi migraine.
b. Komposisi/kandungan
Tiap tablet Oskadon SP mengandung
Paracetamol 350 mg dan Ibuprofen 200 mg.
c. Farmakologi ( cara kerja obat)
Oskadon SP merupakan kombinasi antara
paracetamol dan ibuprofen. Paracetamol adalah
analgesik dan antipiretik, bekerja dengan cara meningkatkan ambang nyeri di dalam
otak yang disebut hipotalamus. Sedangkan ibuprofen merupakan suatu antiinflamasi nonsteroid, efektif
meredakan nyeri. Efek analgesik ibuprofen berdasarkan penghambatan
sintesis prostaglandin yaitu suatu zat perantara rasa nyeri.
d. Indikasi / kegunaan
Indikasi Oskadon SP
adalah untuk mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh sakit kepala, nyeri sendi dan nyeri otot (pada
pinggang dan punggung), dan sakit gigi.
e.
Kontraindikasi
Oskadon
SP tidak boleh digunakan pada :
· Penderita dengan riwayat hipersensitif/alergi terhadap
paracetamol, ibuprofen dan obat antiinflamasi nonsteroid lainnya.
· Penderita dengan ulkus peptikum (tukak lambung dan
usus 12 jari) yang berat dan aktif, gangguan fungsi hati.
· Penderita dimana bila menggunakan acetosal atau
obat-obat antiinflamasi non steroid lainnya akan timbul gejala asma, rhinitis
atau urtikaria.
· Wanita hamil 3 bulan terakhir.
f.
Dosis dan aturan pakai
Dewasa
: 1 tablet Oskadon SP, 3 – 4 kali sehari.
g. Efek samping
·
Efek sampng Oskadon
SP jarang terjadi, walaupun dapat timbul gangguan saluran pencernaan termasuk
mual, muntah, nyeri lambung, atau rasa panas di ulu hati, diare, konstipasi,
dan perdarahan lambung.
·
Juga pernah
dilaporkan terjadi ruam kulit, pusing, penyempitan bronkus, trombositopenia,
limfopenia, gangguan hati dan ginjal.
·
Penurunan ketajaman
penglihatan dan keseulitan membedakan warna dapat terjadi tetapi sangat jarang
dan akan sembuh bila obat dihentikan.
·
Penggunaan Oskadon SP
dosis besar dan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan hati.
h. Peringatan dan perhatian
·
Oskadon SP tidak
dianjurkan digunakan pada anak umur di bawah 12 tahun, ibu menyusui, dan wanita
hamil.
·
Sebelum minum obat
ini agar dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter apabila menderita penyakit
saluran cerna bagian atas, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung, hipertensi,
gangguan pembekuan darah, asma, lupus ertematosus sistemik.
·
Laporkan ke dokter,
bila selama penggunaan obat ini terjadi efek samping obat.
·
Tidak boleh melebihi
dosis yang dianjurkan karena dapat menyebabkan kerusakan fungsi hati.
·
Bila setelah 5 hari
nyeri tidak menghilang, segera hubungi dokter atau unit pelayanan
kesehatan.
·
Jangan diminum
bersama asetosal, atau obat lain yang mengandung paracetamol, ibuprofen atau obat
pencegah pembekuan darah golongan warfarin.
i. Interaksi obat
Alkohol,
antikoagulan oral.
j. Kemasan
Ultraflu tablet, dus.
IV. ALAT
DAN BAHAN
A.
Alat
No
|
Alat
|
Ukuran
|
Jumlah
|
1
|
Erlenmeyer
|
100 mL
|
4 Buah
|
2
|
Penangas air
|
50 mL
|
1 Buah
|
3
|
Buret
Lengkap
|
50 mL
|
1 Buah
|
4
|
Gelas Arloji
|
-
|
1 Buah
|
5
|
Pipet Tetes
|
-
|
4 Buah
|
6
|
Gelas Ukur
|
10 ml, 25 mL
|
2 Buah
|
7
|
Lumpang porselin
|
-
|
1 Buah
|
8
|
Penggerus
|
-
|
1 Buah
|
9
|
Neraca analitik
|
-
|
1 Buah
|
10
|
Botol Semprot
|
-
|
1 Buah
|
11
|
tissue
|
-
|
secukupnya
|
B. Bahan
No
|
Bahan
|
Satuan
|
Jumlah
|
1
|
Oskadon
|
gram
|
4,5
|
2
|
Alkohol
|
mL
|
50
|
3
|
Aquadest
|
mL
|
20
|
4
|
NaOH 0,1 N
|
mL
|
100
|
5
|
Indikator PP
|
Tetes
|
6
|
V. PROSEDUR KERJA
1. Digerus
tablet oskadon sampai halus
2. Ditimbang
serbuk oskadon sebanyak 2 gram dan 2,5 gram kemudian di masukkan ke dalam
masing-masing labu erlenmeyer 100 ml
3. Dicuci
lumpang dengan alkohol kemudian menuangkannya ke dalam erlenmeyer sampai volume
alkohol yang dimasukkan ke dalam erlenmeyer adalah 25 ml
4. Digoyang-goyangkan
erlenmeyer selama 5 menit
5. Dipanaskan
labu erlenmeyer pada penangas air sehingga larutan mendidih
6. Ditambahkan
5 ml air suling dan indikator pp pada labu erlenmeyer yang telah dingin
7. Dititrasi
dengan NaOH 0,1 N sampai larutan berubah menjadi ungu muda dan bila dibiarkan 1
menit warnanya tetap
8. Diulangi
titrasi sampai 2 kali dengan massa yang berbeda
VI.
HASIL PENGAMATAN
No
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1.
|
Digerus
tablet oskadon sampai halus
|
Ø Obat oskadon
yang berbentuk tablet berubah menjadi bubuk/serbuk.
|
2.
|
Ditimbang
serbuk oskadon sebanyak 2 gram dan 2,5 gram lalu dimasukan ke dalam
masing-masing labu erlenmeyer 100 ml.
|
Ø Labu
erlenmeyer I = 2 gram.
Ø Labu
erlenmeyer II = 2,5 gram.
|
3.
|
Lumpang
dicuci dengan alkohol kemudian dituangkan ke dalam erlenmeyer sampai volume
alkohol 25 ml.
|
Ø Tercium bau
alkohol.
|
4.
|
Digoyang-goyangkan
erlenmeyer selama 5 menit.
|
Ø Labu
erlenmeyer I :
Larutan
berwarna putih pudar.
Ø Labu
erlenmeyer II :
Larutan
berwarna putih pudar.
|
5.
|
Dipanaskan
labu erlenmeyer pada penangas air hingga larutan mendidih.
|
Ø Labu
erlenmeyer I :
Larutan
tetap berwarna putih pudar.
Ø Labu
erlenmeyer II :
Larutan
tetap berwarna putih pudar.
|
6.
|
Ditambahkan
5 ml air suling dan 2 tetes indikator pp pada labu erlenmeyer yang telah
dingin.
|
Ø Labu
erlenmeyer I :
Tidak
ada perubahan.
Ø Labu
erlenmeyer II :
Tidak
ada perubahan.
|
7.
|
Dititrasi
dengan NaOH 0,1 N sampai larutan berubah menjadi ungu muda dan bila dibiarkan
1 menit warnanya tetap.
|
Ø Labu
erlenmeyer I :
Larutan
berubah menjadi ungu muda pada volume NaOH 26, 5 ml.
Ø Labu
erlenmeyer II :
Larutan
berubah menjadi ungu muda pada volume NaOH 25,3 ml.
|
VII.
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
A. PERHITUNGAN
Berat Aspirin
|
NaOH 0,1 N yang diperlukan
|
2 gram
|
26,5 ml
|
2,5 gram
|
25,3 ml
|
Sedangkan diketahui bahwa 1 ml NaOH
adalah setara dengan 0,01802 gram aspirin.
a.
Massa NaOH
Massa
NaOH = N x VH20 x MrNaOH
= 0,1 N x 100 ml x 40
= 0,4 gram
b.
Massa Aspirin
1).
Massa aspirin pada obat oskadon
2 gram
Diketahui : massa obat = 2 gram
Volume NaOH = 2,6 ml
1 ml NaOH = 0,01802 gram / ml aspirin
Massa aspirin = VNaOH x 0,01802 gram/ml
= 2,6 ml x 0,08102
gram/ml
= 0,477 gram
2).
Massa aspirin pada obat oskadon 2,5 gram
Diketahui : massa obat = 2,5 gram
Volume NaOH = 25,3 ml
1 ml NaOH = 0,01802
gram/ml aspirin
Massa aspirin =
VNaOH x 0,01802 gram/ml
= 25,3 ml x 0,01802 gram/ml
= 0,459 gram
c.
Kadar aspirin
1).
Massa oskadon 2 gram
Kadar aspirin =
=
= 23.85
%
2).
Massa oskadon 2,5 gram
Massa oskadon =
=
= 18.36
%
d.
Kadar rata-rata
aspirin
Kadar rata-rata aspirin =
=
= 21.10 %
S =
=
=
=
=
= 3.88
B. PEMBAHASAN
Dalam
percobaan kali ini bertujuan untuk menetukan kadar aspirin pada obat oskadon.
Bahan yang digunakan adalah tablet oskadon
2 gram dengan 2,5 gram. Percobaan pertama adalah menentukan kadar aspirin.
Untuk menetukan kadar aspirin digunakan tablet oskadon yang kemudian digerus
sampai halus dengan lumpang porselin. Tablet yang sudah dihaluskan, dimasukan
dalam erlemeyer ditambah 25 ml alkohol. Penggunaan alkohol karena aspirin
bersifat semipolar, alkohal juga semipolar sehingga dapat saling melarutkan,
sehingga aspirim pada obat oskadon dapat
terlarut. Kemudian erlemeyer yang berisi
serbuk aspirin dan 25 ml alkohol dikocok kurang lebih selama 5 menit agar
aspirin dan alkohol bercampur. Selanjutnya erlemeyer dipanaskan agar ikatan
COOH terputus menjadi COO- dan H+.
Selain
itu pemanasan juga akan mempercepat reaksi.
Setelah dipanaskan larutan didinginkan dan ditambahkan dengan 5 ml air,
penambahan air ke dalam larutan dilakukan untuk mengencerkan larutan. Kemudian larutan ditetesi dengan indikator PP 3 tetes
agar larutan mengalami perubahan warna ketika mencapai titik akhir titrasi yang
akan membuat larutan berubah warna menjadi ungu muda, tetapi indikator PP tidak
dapat larut dalam air tetapi dapat larut dengan alkohol. Selanjutnya larutan dititrasi
dengan larutan NaOH 0,1 N karena aspirin bersifat asam yang tergolong asam
karboksilat sehingga harus dinetralkan dengan basa. Dalam titrasi terjadi
reaksi sebagai berikut :
|
Titrasi dihentikan setelah warna yang
semula berwarna putih jernih menjadi ungu muda. Jika reaksi terjadi kelebihan
NaOH, maka reaksi menjadi:
|
+
NaOH
Dari
hasil percobaan diatas, didapatkan data bahwa volume NaOH 0,1 N yang digunakan
untuk menitrasi adalah 26,5 ml dan 25,3 ml. Pada proses perubahan warna ini
NaOH mula-mula akan bereaksi dengan aspirin sampai akhirnya aspirin akan habis
bereaksi dengan basa sehingga kelebihan basa akan bereaksi dengan indikator pp dan membentuk
warna larutan ungu muda. Setelah didapat data volume NaOH maka kadar aspirin
dapat dicari dengan rumus:
Kadar
aspirin =
Dengan rumus diatas didapatkan kadar rata- rata
aspirin sebesar 45,3%. Sedangkan pada Tiap tablet kemasan Oskadon SP mengandung Paracetamol 350 mg dan Ibuprofen
200 mg dan tidak ada menunjukkan aspirin tetapi larutan yang berubah warna
menjadi ungu muda kemungkinan yang bereaksi dengan NaOH adalah parasetamol yang bersifat asam
sehingga dari reaksi tersebut dapat ditentukan aspirin didalamnya. Dari
percobaan ini didapatkan kadar parasetamol yang bereaksi dengan NaOH yang di
dalamnya mengandung aspirin sebesar 21.10 % .
Ketidak sesuaian
antara aspirin pada perhitungan dan kadar aspirin pada kemasan disebabkan oleh
berbagai faktor, yaitu :
1. Faktor
kesalahan dalam penitrasian
2. Jumlah
sampel yang diperlukan kemungkinan kurang
3. Pada
saat penambahan air setelah sampel dipanaskan kemungkinan sampel masih dalam
keadaan panas saat ditambahkan air
4. Larutan
standar yang digunakan ( NaOH ) kemungkinan kurang tepat, terutama saat
pembuatan larutan standar, seperti padaa saat penimbangan.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari
hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah
suatu jenis obat dari keluarga salisilat yang sering digunakan sebagai
analgesik (terhadap rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam),
dan anti-inflamasi.
2. Dari
hasil percobaan obat oskadon positif mengandung aspirin yang ditunjukan dengan
adanya perubahan warna ungu muda yang terjadi saat dititrasi dengan NaOH. Dari
hasil perhitungan diperoleh kadar aspirin pada 2 gram obat oskadon adalah 23.85 %, dan 2,5 gram obat oskadon adalah
18.36 %. Dari hasil ini diperoleh kadar
rata-rata aspirin dalam obat oskadon adalah 21.10 %.
B.
Saran
Pada
percobaan praktikum ini harus teliti supaya dapat hasil yang maksimal, dengan
teliti pada saat penggerusan, pendidihan dan saat titrasi. Karena pada
percobaan ini butuh ketelitian yang baik supaya mendapatkan hasil yang
maksimal. Selain itu kebersihan alat yang digunakan sangat berguna untuk
steril.
DAFTAR PUSTAKA
Chadijah,
Sitti Chadijah, Wa Ode Rustiah dan Anna Handayani. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Makassar: UIN Alauddin Makassar,
2012
Ibnu, M.
Sodiq Ibnu, et al.. Kimia Analitik I
. Malang: Universitas Negeri Malang, 2005
Khopkar,
S. M.. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Jakarta: Universitas Indonesia, 2010
Mursyidi,
Achmad dan Abdul Rohman. Volumetri dan
Gravimetri. Yogyakarta: UGM-Press, 2008
Morie,
Indigo. “Titrasi Asam Basa”, belajarkimia.com.
7 April 2008. http://belajarkimia.com/2008/04/titrasi-asam-basa/. Diakses pada
tanggal 31 Mei 2012
Wilyta,
Intan Wilyta. “Asidimetri”, scribd.com. 30 Oktober 2011. http://www.scribd.com/doc/70246435/asidimetri.
Diakses pada tanggal 31 Mei 2012
Zulfikar.
“Titrasi Asam Basa”, Chem-is-try.org-Situs
Kimia Indonesia. 27 Desember 2010.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/titrasi-asam-basa/.
Diakses pada tanggal 31 Mei 2012
LAMPIRAN
1.
Obat
Aspirin ( Asam Salisilat)
2. Proses
penimbangan
3. Proses
Pemanasan
4. Sampel
2,5 gram oskadon
5. Sampel
2 gram oskadon
No comments:
Post a Comment