Percobaan
2
KINETIKA KIMIA
I. TUJUAN
PERCOBAAN
Menjelaskan
dan menghitung laju reaksi, tingkat reaksi dan mekanismenya
II. LANDASAN
TEORI
1)
Laju
Reaksi.
Kinetika kimia merupakan cabang ilmu kimia
yang membahas tentang laju reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Laju
reaksi (kecepatan) reksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau
hasil reaksi terhadap satuan waktu. Tujuan utama kinetika kimia ialah
menjelaskan bagaimana laju reaksi bergantung pada konsentrasi reaktan dan
mengetahui mekanisme suatu reaksi yang diperoleh dari suatu eksperimen.
Kecepatan reaksi bergantung pada banyak faktor. Konsentrasi reaktan memainkan
peran penting dalam mempercepat atau memperlambat reaksi tertentu. Sebagaimana
akan banyak reaksi yang sangat peka terhadap suhu, sehingga pengendalian suhu
sangat penting untuk pengukuran kuantitatif dalam kinetika kimia. Akhirnya,
bentuk fisik reaktan juga berperan penting dalam laju yang diamati. Sebuah paku
besi sangat lambat teroksidasi menjadi besi oksida di udara kering, tetapi
serat baja mudah sekali terbakar terutama karena adanya oksigen. Kajian
kuantitatif atas reaksi heterogen (yang melibatkan dua fasa atau lebih, seperti
antara solid dan gas) memang sulit, sehingga kita mulai dengan reaksi homogen
(yang seluruhnya berlangsung dalam fasa gas atau larutan).
Eksperimen
kinetik mengukur laju berdasarkan perubahan konsentrasi zat yang mengambil
bagian dalam reaksi kimia dari waktu ke waktu. Jika reaksi cukup lambat, kita
dapat membuatnya berlangsung untuk waktu tertentu, kemudian secara mendadak
menghentikannya dengan pendinginan cepat campuran reaksi tersebut pada suhu
yang cukup rendah. Pada suhu rendah, kita mempunyai waktu untuk melakukan
analisis kimia terhadap reaktan atau produk tertentu. Panjang gelombang cahaya
yang diserap oleh molekul berbeda-beda, jika panjang gelombang tertentu di
serap oleh salah satu reaktan atau produk, maka pengukuran jumlah cahaya yang
diserap pada panjang gelombang itu oleh campuran reaksi dapat digunakan
menentukan konsentrasi reaktan atau produk yang menyerapnya. Pengukuran
dilakukan dalam rentang waktu tertentu, sering kali kilatan cahaya juga dapat
digunakan untuk mengawali reaksi yang sangat cepat.
Laju
reaksi rerata analog dengan kecepatan rerata mobil. Jika posisi rerata mobil
dicatat pada dua waktu yang berbeda, maka:
Dengan
cara yang sama, laju reaksi rerata diperoleh dengan membagi perubahan
konsentrasi reaktan atau produk dengan interval waktu terjadinya reaksi;
Jika
konsentrasi diukur dalam moL L-1 dan waktu dalam detik, maka laju
reaksi mempunyai satuan mol L-1 s-1. Kita ambil contoh
khusus dalam reaksi fasa gas:
NO2 (g) + CO (g) → NO (g) + CO2 (g)
NO2
dan CO dikonsumsi pada saat pembentukan NO dan CO2. Jika
sebuah kuar dapat mengukur konsentrasi NO, laju reaksi rerata dapat
diperkirakan dari nisbah perubahan konsentrasi NO, ∆[NO] terhadap interval
waktu, ∆t:
Laju
sesaat suatu reaksi diperoleh dengan menganggap waktu yang sangat kecil, ∆t,
(dengan demikian nilai ∆[NO] yang semakin kecil). Sewaktu ∆t mendekati 0, laju
menjadi lereng kurva pada waktu t.
Laju reaksi suatu kimia
dapat dinyatakan dengan persamaan laju reaksi. Untuk reaksi berikut:
A
+ B → AB
Persamaan laju reaksi
secara umum ditulis berikut:
r
= k [A]m [B]n
k sebagai konstanta
laju reaksi, m dan n adalah orde parsial masing-masing pereaksi. Besarnya laju
reaksi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
1.
Sifat dan ukuran pereaksi
2.
Konsentrasi pereaksi
3.
Suhu reaksi
4.
Katalis
2) Sifat
dan Ukuran Pereaksi.
Sifat
pereaksi dan ukuran pereaksi menentukan laju reaksi. Semakin reaktif dari sifat
pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah atau reaksi berlangsung semakin
cepat. Semakin luas permukaan zat pereaksi laju reaksi semakin bertambah, hal
ini dapat dijelaskan dengan semakin luas permukaan zat yang bereaksi maka daerah interaksi zat pereaksi
semakin luas juga. Permukaan zat pereaksi dapat diperluas dengan memperkecil
ukuran pereaksi. Jadi untuk meningkatkan laju reaksi, pada zat pereaksi dalam
bentuk serbuk lebih baik bila dibandingkan dalam bentuk bongkahan.
Dari persamaan besarnya laju reaksi
sebanding dengan konsentrasi pereaksi. Jika natrium tiosulfat dicampur dengan
asam kuat encer maka akan timbul endapan putih. Reaksi-reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut;
Na2S2O3 +
2H+ → 2Na+ + H2S2O3
(cepat)
H2S2O3
→ H2SO3
+ S(s) (lambat)
Na2S2O3
+ 2H+ → 2Na+ + S(s)
Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan
karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel peraksi.
Akibatnya jumlah dan energi tumbukkan bertambah besar. Pengaruh perubahan suhu
terhadap laju reaksi secara kuantitatif dijelaskan dengan hukum Arrhenius yang
dinyatakan sebagai berikut:
k
= Ae-Ea/RT atau
dengan
R = konstanta gas ideal, A = konstanta yang khas untuk reaksi (faktor
frekuensi) dan Ea = energy aktivasi yang bersangkutan.
3) Katalis
Katalis
ialah zat yang mengambil bagian dalam reaksi kimia yang mempercepatnya, tetapi
ia sendiri tidak mengalami perubahan kimia yang permanen . Jadi, katalis tidak
muncul dalam persamaan kimia pembahasannya secara keseluruhan, tetapi
kehadirannya sangat mempengaruhi hukum laju, memodifikasi dan mempercepat
lintasan yang ada, atau lazimnya membuat lintasan yang sama sekali baru bagi
kelangsungan reaksi. Katalis menimbulkan efek yang nyata pada laju reaksi,
meskipun dengan jumlah yang sangat sedikit. Dalam kimia industri, banyak upaya
untuk menemukan katalis yang akan mempercepat reaksi tertentu tanpa
meningkatkan timbulnya produk yang tidak diinginkan. Atau katalis adalah zat
yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi untuk mempercepat jalannya reaksi. Suatu
reaksi yang menggunakan katalis disebut reaksi katalis dan prosesnys disebut
katalisme.
Sifat
katalis:
1. Katalis
tidak bereaksi secara permanen, karena tidak mengalami perubahan kimia selama
reaksi.
2. Katalis
tidak mempengaruhi hasil akhir reaksi.
3. Katalis
tidak memulai reaksi tetapi hanya mempengaruhi lajunya.
4. Katalis
bekerja efektif pada saha optimum. Artinya, di atas atau di bawah suhu optimum
kerja katalis berkurang.
5. Suatu
katalis hanya mempengaruhi laju reaksi spesifik. Berarti, katalis bekerja pada
satu reaksi atau sejenis reaksi, dan tidak untuk reaksi jenis lain.
Contoh:
Al2O3
C2H5OH
(g) C2H4
(g) + H2O (g)
ZnO
HCOOH
(g) CO2 (g)
+ H2 (g)
6. Keaktifan
katalis dapat diperbesar zat lainyang disebut promoter.
Contoh:
FeSO4
S2O32-
(aq) + 2I- I2 (s) + 2SO42-
(aq)
Kerja
katalis FeSO4 dapat dipercepat oleh CuSO4 sebagai
promoter.
7. Hasil suatu reaksi kadang-kadang dapat
bertindak sebagai katalis, zat it disebut autokatalis, contohnya:
As
2AsH3 2As
= 3H2
As bertindak sebagai autokatalis.
8. Katalis
dapat bereaksi dengan zat lain sehingga sifat katalisnya hilang, contohnya pada
reaksi pembentukan air dari gas hydrogen dan gas oksigen dengan katalis Pt,
kerja katalis Pt dapat dinon aktifkan dengan adanya CO, H2S, CS2.
9. Katalis
dapat memmperlambat reaksi disebut katalis negatif atau inhibitor, contohnya
pada reaksi pembentukan air dari gas hidrogen dan gas oksigen laju reaksi dapat diperlambat dengan adanya I2
dan CO.
4) Penggolongan Katalis
Berdasarkan
fasanya, katalis dapat dibagi menjadi dua yaitu katalis homogeny dan heterogen.
a) Katalis
homogen ialah katalis ada dalam fasa yang sama dengan fasa reaktan, misalnya
katalis fasa gas mempercepat reaksi dalam fasa gas, atau unsur yang dilarutkan
dalam larutan mempercepat reaksi dalam larutan. Contoh katalis homogen ialah
efek klorofluorokarbon dan oksida nitrogen pada berkurangnya ozon di
stratosfer. Contoh kedua ialah katalis reaksi oksidasi-reduksi.
TI+ (aq) + 2Ce4+
(aq) → TI3+ (aq) + 2Ce3+ (aq)
oleh ion perak dalam larutan. Reaksi langsung
dari TI+ dengan satu ion Ce4+ yang menghasilkan TI2+
sebagai zat antara berjalan lambat. Reaksi ini dapat dipercepat dengan
menambahkan ion Ag+, yang berperan dalam mekanisme reaksi dalam
bentuk
Ag+
+ Ce4+ Ag2+
+ Ce3+ (cepat)
TI+
+ Ag2+ TI2+ + Ag+ (lambat)
TI2+
+ Ce4+ TI3+
+ Ce3+ (cepat)
Ion Ag+ tidak secara permanen diubah oleh reaksi ini, sebab yang
terpakai habis dalam langkah pertama akan dihasilkan kembali pada langkah
kedua; ion ini berperan sebagai katalis yang secara nyata mempercepat laju
reaksi keseluruhan.
b) Katalis heterogen ialah katalis berada dalam
fasa yang berbeda. Kasus yang paling penting ialah kerja katalitik dari
permukaan padatan tertentu pada reaksi-reaksi fasa gas dan fasa larutan.
Contohnya ialah dalam produksi asam sulfat yang melibatkan padatan oksida vanadium
(V2O5) sebagai katalis. Banyak katalis pada lainnya
digunakan dalam proses industri. Salah satu yang perlu diperhatikan ialah
reaksi penambahan hidrogen pada etilena untuk membuat etana:
C2H4 (g) + H2 (g)
→ C2H6 (g)
Proses ini berjalan sangat lambat dalam fasa gas, kecuali diberi
katalis permukaan platinum. Satu jenis katalis yang sudah banyak digunakan
dalam aliran gas pembuangan mesin mobil untuk mengurangi emisi pencemar seperti
hidrokarbon yang tidak terbakar, karbon monoksida, dan nitrogen oksida.
Konverter katalik ini dirancang untuk sekaligus mengoksidasi hidrokarbon dan CO
CO, CxHy, O2 → CO2,
H2O
dan mereduksi nitrogen oksida:
NO, NO2 → N2, O2
Inhibitor memainkan peran yang berlawanan dengan peran katalis.
Inhibitor memperlambat laju reaksi, sering kali dengan menaikkan energi
aktivasi. Inhibitor juga penting dalam industri karena kemampuannya dalam
mengurangi laju reaksi sampingan yang tidak diinginkan sehingga produk yang
diinginkan terbentuk lebih banyak. Atau katalis heterogen ialah katalis yang
mempunyai fasa berbeda dengan pereaksi. Umumnya zat katalis ini berupa zat
padat dan pereaksinya cair atau gas.
5) Katalis enzim
Banyak
reaksi kimia dalam sistem organik dilaksanakan dengan enzim yang berfungsi
sebagai katalis. Enzim ialah molekul protein besar (biasanya dengan massa molar
20.000 g mol-1 atau lebih) yang dengan strukturnya mampu melakukan
reaksi spesifik. Satu atau lebih molekul reaktan (disebut substrat) melekat
pada daerah aktif enzim. Daerah aktif merupakan daerah pada permukaan enzim
yang struktur dan sifat kimianya menyebabkan substrat tertentu dapat melekat
padanya lalu transformasi kimia dapat dikerjakan.
6) Orde reaksi
Laju
reaksi kimia ke kanan bergantung pada konsentrasi reaktan. Hubungan antara laju
reaksi dan konsentrasi disebut rumus laju atau hukum laju, dan tetapan
kesebandingan k dinamakan tetapan
laju untuk reaksi tersebut. Seperti halnya tetapan kesetimbangan, tetapan laju
tidak bergantung pada konsentrasi tetapi pada suhu. Orde reaksi berkaitan
dengan pangkat dalam hukum laju reaksi. Reaksi yang berlangsung dengan konstan,
tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi disebut reaksi orde nol. Reaksi orde
pertama sering menampakkan konsentrasi tunggal dan hukum laju, dan konsentrasi
tersebut berpangkat satu. Rumusan yang paling umum dari hukum laju reaksi dan
laju reaksi orde dua adalah konsentrasi tunggal berpangkat dua atau dua
konsentrasi masing-masing berpangkat satu. Salah satu metode penentuan orde
reaksi memerlukan pengukuran laju reaksi awal dari sederet percobaan. Metode
kedua membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi terhadap
waktu, untuk mendapatkan grafik garis lurus pada reaksi:
3H2C2O4(l)
+ 2MnO4(l) → 6CO2(g) + 3H2O(l) +
MnO
Apabila
reaksi ini merupakan reaksi orde p terhadap H2C2O4
dan orde q terhadap MnO4 maka laju reaksi:
r
= k[H2C2O4]p[MnO4]q
p
= orde parsial terhadap H2C2O4
q
= orde parsial terhadap MnO4
Jika
suatu reaksi mempunyai orde n terhadap suatu zat pereaksi maka kecepatan reaksi
akan sebanding dengan konsentrasi pangkat n dan berbanding terbalik dengan
waktu t, sehingga grafik Cn terhadap l/t, selalu merpakan garis
lurus dan orde reaksi dapat ditentukan dengan pertolongan grafik seperti ini;
Orde
1 : ditentukan dengan membuat grafik C terhadap l/t
Orde
2 : ditentukan dengan membuat grafik C2 terhadap l/t
Orde
3 : ditentukan dengan membuat grafik C terhadap l/t
Pangkat
yang diberikan pada konsentrasi disebut orde reaksi untuk reaktan yang
bersangkutan. Jadi, penguraian N2O5 adalah orde pertama,
sedangkan penguraian C2H6 ialah orde kedua. Beberapa
proses termasuk orde nol untuk jangkauan konsentrasi tertentu. Karena [A]0
= 1, maka laju reaksi seperti itu tidak bergantung pada konsentrasi:
Laju
= k (kinetika orde nol)
Orde
reaksi tidak selalu bilangan bulat; pangkat pecahan adakalanya dijumpai. Pada
suhu 450 K, penguraian asetaldehida (CH3CHO) dinyatakan dalam hukum
laju sebagai :
laju
= k [CH3CHO]3/2
III. ALAT
DAN BAHAN
A.
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah labu Erlenmeyer 100
mL, gelas kimia, labu takar, pipet volum atau pipet gondok dan karet penghisap, tabung reaksi, temperatur, dan corong.
mL, gelas kimia, labu takar, pipet volum atau pipet gondok dan karet penghisap, tabung reaksi, temperatur, dan corong.
B. Bahan
Bahan yang digunakan
pada paktikum ini adalah Na2S2O3, HCl, H2O,
KMnO4, H2C2O4, H2SO4,
dan lain-lain.
IV. PROSEDUR
KERJA
A.
Pengaruh Konsentrasi Terhadap Kecepatan
Reaksi
1. Pengaruh Konsentrasi HCl
Tabung 1 Tabung 2 Tabung
3 Tabung 4 Tabung 5 Tabung 6
diisi 5 ml diisi 5 ml
dengan dengan
Na2S2O3 Na2S2O3 Na2S2O3 HCl HCl HCl
0,10
N 0,10 N 0,10 N 0,10 N 0,05
N 0,01 N
-
Tuangkan pereaksi ke-6 ke tabung ke-1,
dengan cepat tuangkan kembali ke tabung 6
-
Catat perubahan warna dan waktu yang
diperlukan reaksi yaitu sampai tepat mulai terjadi kekeruhan
-
Dengan cara yang sama lakukan untuk
tabung ke-2 serta tabung 4 ke tabung 3.
2.
Pengaruh
Konsentrasi Tiosulfat (Na2S2O3)
Tabung 1 Tabung
2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5 Tabung 6
diisi 5 ml diisi 5 ml
dengan dengan
Na2S2O3 Na2S2O3 Na2S2O3 HCl HCl HCl
0,10
N 0,10 N 0,10 N 0,10 N 0,05
N 0,01 N
-
Tuangkan pereaksi ke-6 ke tabung ke-1,
dengan cepat tuangkan kembali ke tabung 6
-
Catat perubahan warna dan waktu yang
diperlukan reaksi yaitu sampai tepat mulai terjadi kekeruhan
-
Dengan
cara yang sama lakukan untuk tabung ke-2 serta tabung 4 ke tabung 3.
B.
Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan
Reaksi
1.
Pengaruh
Temperatur pada reaksi HCl dengan Na2S2O3
Tabung 1 Tabung
2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5 Tabung 6
diisi 5 ml diisi 5 ml
dengan dengan
HCl
HCl HCl Na2S2O3 Na2S2O3 Na2S2O3
0,10 N 0,10
N 0,10 N 0,10 N 0,10
N 0,10N masukkan ke dalam
penangas air selama 5-10 menit sesuai
temperatur
kamar
500C 1000C kamar 500C 1000C
-
Reaksikan pereaksi di atas untuk tabung 1
dan 4, tabung 2 dan 5, serta tabung 3 dan 6
-
Catat perubahan warna yang terjadi dan
waktu yang diperlukan reaksi tersebut.
2. Pengaruh Temperatur pada reaksi H2C2O4
dengan KMnO4 dalam suasana asam.
Tabung 1 Tabung
2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5 Tabung 6
diisi 8 ml diisi 2 ml
dengan dengan
H2C2O4 H2C2O4 H2C2O4 H2SO4 H2SO4 H2SO4
0,1 N 0,1
N 0,1 N 1,0 N 1,0 N 1,0 N masukkan ke dalam penangas air selama
5-10 menit sesuai temperatur
kamar
500C 1000C kamar 500C 1000C
-
Reaksikan pereaksi di atas untuk tabung 1
dan 4, tabung 2 dan 5, serta tabung 3 dan 6
-
Teteskan ke dalam tabung masing-masing 3
tetes KMnO4 0,10 N
-
Catat perubahan warna yang terjadi dan
waktu yang diperlukan reaksi tersebut.
C.
Pengaruh
Katalis Terhadap Kecepatan Reaksi
1.
Adanya
penambahan KMnO4 (katalis dari luar)
Tabung 1 Tabung 2 Tabung
3
diisi dengan
6
ml
H2C2O4 H2C2O4 H2C2O4 0,1 N 0,1
N 0,1 N
diisi dengan
2 ml
H2SO4 H2SO4 H2SO4
1,0 N 1,0 N 1,0 N
diisi dengan diisi dengan
4
ml 1 ml
KMnO4 KMnO4
1,0 N 1,0 N
diisi dengan diisi dengan
3
ml 4 ml
H2O H2O
- kocok
setiap tabung reaksi, tambahkan 3 tetes KMnO4 0,10 N
- Catat
perubahan warna yang terjadi dan waktu yang diperlukan reaksi tersebut.
2. Adanya Autokatalisator
Tabung
1 Tabung 2
diisi
dengan
5 ml
H2C2O4 H2C2O4
0,1 N 0,1 N
diisi dengan
1
ml
H2SO4 H2SO4
1,0
N 1,0 N
diisi
dengan
3 ml
H2O
- kocok
setiap tabung reaksi, tambahkan 3 tetes KMnO4 0,10 N
- Catat
perubahan warna yang terjadi dan waktu yang diperlukan
reaksi tersebut.
V. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
A.1. Hasil pengamatan
A. Pengaruh Konsentrasi Terhadap
Kecepatan Reaksi
1. Pengaruh Konsentrasi HCl
NO
|
Pereaksi
|
Tabung
reaksi ke….
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
1.
|
Na2S2O3
0,10 N (ml)
|
5
|
5
|
5
|
-
|
-
|
-
|
2.
|
HCl 0,10 N (ml)
|
-
|
-
|
-
|
5
|
-
|
-
|
3.
|
HCl 0,05 N (ml)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
-
|
4.
|
HCl 0,01 N (ml)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
NO
|
Prosedur
kerja
|
Hasil
pengamatan
|
1.
|
Menyiapkan 6 tabung
reaksi, mengisi dengan pereaksi sesuai tabel di atas
|
Perubahan warna dan
waktu yang diperlukan reaksi yaitu sampai tepat mulai terjadi kekeruhan
adalah pereaksi ke-6 ke tabung 1 waktunya yaitu 1 detik, pereaksi ke-5 ke
tabung 2 waktunya yaitu 1 menit 8 detik, dan pereaksi ke-4 ke tabung 3
waktunya adalah 1 menit 41 detik.
|
2.
|
Menuangkan pereaksi
ke-6 ke tabung ke-1, dengan cepat menuangkannya kembali ke tabung 6.
|
|
3.
|
Mencatat perubahan
warna dan waktu yang diperlukan reaksi yaitu sampai tepat mulai terjadi
kekeruhan
|
|
4.
|
Melakukan cara yang
sama untuk tabung ke-5 ke tabung ke-2 serta tabung 4 ke tabung 3.
|
2
Pengaruh Konsentrasi Tiosulfat (Na2S2O3)
NO
|
Pereaksi
|
Tabung
reaksi ke….
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
1.
|
HCl 0,10 N (ml)
|
5
|
5
|
5
|
-
|
-
|
-
|
2.
|
Na2S2O3
0,10 N (ml)
|
-
|
-
|
-
|
5
|
-
|
-
|
3.
|
Na2S2O3
0,05 N (ml)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
-
|
4.
|
Na2S2O3
0,01 N (ml)
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
NO
|
Prosedur
kerja
|
Hasil
pengamatan
|
1.
|
Menyiapkan 6 tabung
reaksi, mengisi dengan pereaksi sesuai tabel di atas
|
Perubahan warna dan
waktu yang diperlukan reaksi yaitu sampai tepat mulai terjadi kekeruhan
adalah pereaksi ke-6 ke tabung 1 waktunya yaitu 1 menit 6 detik, pereaksi
ke-5 ke tabung 2 waktunya yaitu 1 menit 8 detik, dan pereaksi ke-4 ke tabung
3 waktunya adalah 1 menit 17 detik.
|
2.
|
Menuangkan pereaksi
ke-6 ke tabung ke-1, dengan cepat menuangkannya kembali ke tabung 6.
|
|
3.
|
Mencatat perubahan
warna dan waktu yang diperlukan reaksi yaitu sampai tepat mulai terjadi
kekeruhan
|
|
4.
|
Melakukan cara yang
sama untuk tabung ke-5 ke tabung ke-2 serta tabung 4 ke tabung 3.
|
B. Pengaruh
Temperatur Terhadap Kecepatan Reaksi
1. Pengaruh
Temperatur pada reaksi HCl dengan Na2S2O3
NO
|
Pereaksi
|
Tabung
reaksi ke….
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
1.
|
HCl 0,10 N (ml)
|
5
|
5
|
5
|
-
|
-
|
-
|
2.
|
Na2S2O3
0,10 N (ml)
|
-
|
-
|
-
|
5
|
5
|
5
|
3.
|
Temperatur (C0)
|
kamar
|
50
|
100
|
kamar
|
50
|
100
|
NO
|
Prosedur
kerja
|
Hasil
pengamatan
|
1.
|
Menyiapkan 6 tabung
reaksi, mengisi dengan pereaksi sesuai tabel di atas
|
Perubahan warna dan
waktu yang diperlukan reaksi yaitu suhu 50 0C pada tabung 1 dan 4
waktunya 1 menit 20 detik, tabung 2 dan 5 waktunya 32 detik, pada suhu 100 0C
waktunya yaitu 27 detik.
|
2.
|
Untuk mengatur
temperatur reaksi, memasukkan tabung reaksi ke dalam pemanas air sesuai
temperatur reaksi selama 5-10 menit.
|
|
3.
|
Mereaksikan pereaksi
di atas untuk tabung 1 dan 4, tabung 2 dan 5, serta tabung 3 dan 6.
|
|
4.
|
Mencatat perubahan
warna yang terjadi dan waktu yang diperlukan reaksi tersebut.
|
2
Pengaruh Temperatur pada reaksi H2C2O4
dengan KMnO4 dalam suasana asam.
NO
|
Pereaksi
|
Tabung
reaksi ke….
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
1.
|
H2S2O4
0,1 N (ml)
|
8
|
8
|
8
|
-
|
-
|
-
|
2.
|
H2S2O4
0,1 N (ml)
|
-
|
-
|
-
|
2
|
2
|
2
|
3.
|
Temperatur (C0)
|
kamar
|
50
|
100
|
kamar
|
50
|
100
|
NO
|
Prosedur
kerja
|
Hasil
pengamatan
|
1.
|
Menyiapkan 6 tabung
reaksi, mengisi dengan pereaksi sesuai tabel di atas.
|
Pada suhu 50 0C,
pada tabung 1 dan 4 waktunya yaitu 2 menit 44 detik, tabung 2 dan 5 waktunya
yaitu 1 menit 7 detik (warnanya berubah menjadi bening). Sedangkan pada suhu
100 0C, pada tabung 3 dan 6 waktunya yaitu 45 detik (warnanya
berubah lebih cepat), juga pada tabung 2 dan 5 yang dicampurkan dari warna
ungu berubah menjadi warna bening.
|
2.
|
Untuk mengatur
temperatur reaksi, memasukkan tabung reaksi ke dalam tabung pemanas air
sesuai temperatur reaksi pada tabel di atas selama 5-10 menit.
|
|
3.
|
Mereaksikan pereaksi
di atas untuk tabung 1 dan 4, tabung 2 dan 5, serta tabung 3 dan 6.
|
|
4.
|
Meneteskan ke dalam
tabung masing-masing 3 tetes KMnO4 0,10 N.
|
|
5.
|
Mencatat perubahan
warna yang terjadi dan waktu yang diperlukan reaksi tersebut.
|
C.
Pengaruh
Katalis Terhadap Kecepatan Reaksi
1.
Adanya penambahan KMnO4 (katalis
dari luar)
NO
|
Pereaksi
|
Tabung
reaksi ke….
|
||
1
|
2
|
3
|
||
1.
|
H2C2O4
0,1 N (ml)
|
6
|
6
|
6
|
2.
|
H2SO4
1,0 N (ml)
|
2
|
2
|
2
|
3.
|
KMnO4 1,0
N (ml)
|
4
|
1
|
-
|
4.
|
H2O (ml)
|
-
|
3
|
4
|
NO
|
Prosedur
kerja
|
Hasil
pengamatan
|
1.
|
Mengocok setiap
tabung reaksi, menambah 3 tetes KMnO4 0,10 N
|
Pada waktu 7 detik
tabung 1 berubah menjadi warna ungu, pada waktu 8 detik tabung 2 warna ungu
berubah menjadi warna ungu kemerahan dan adanya endapan, dan pada waktu 7
detik tabung 3 berubah menjadi warna ungu, 29 detik berubah menjadi warna
merah, 37 detik berubah menjadi warna orange, 39 detik berubah menjadi warna
kuning, dan pada waktunya 41 detik warnanya berubah menjadi bening.
|
2.
|
Mencatat perubahan
warna yang terjadi dan waktu yang diperlukan dalam reaksi tersebut.
|
2
Adanya Autokatalisator
NO
|
Pereaksi
|
Tabung
reaksi ke….
|
|||
1
|
2
|
||||
1.
|
H2C2O4
0,1 N (ml)
|
5
|
5
|
||
2.
|
H2SO4
1,0 N (ml)
|
1
|
1
|
||
3.
|
H2O (ml)
|
3
|
-
|
||
|
|
|
|
||
NO
|
Prosedur
kerja
|
Hasil
pengamatan
|
|||
1.
|
Mengocok setiap
tabung reaksi, menambah 3 tetes KMnO4 0,10 N
|
Pada tabung 1
waktunya 1 menit 30 detik warnanya berubah menjadi warna ungu dan pada tabung
2 waktunya 57 detik warnanya dominan berubah menjadi warna ungu.
|
|||
2.
|
Mencatat perubahan
warna yang terjadi dan waktu yang diperlukan dalam reaksi tersebut.
|
||||
A.2. Perhitungan
Pengenceran
HCl → H+ +
Cl-
Diket.
N1 (pekat) =
1 N
N2 =
0,1 N
V2 = 100 ml
V1 = ….?
Jawab:
N1 x V1
= N2 x V2
1 x
V1 = 0,1 x 100
V1
Menghitung laju reaksi
rata-rata (r) pengurangan konsentrasi
A kemudian penambahan konsentrasi B.
Jawaban : nomor 1
a. Diket:
t = 10 menit = 600 s
[A] = 0,800
[B] = 0,400
rA =
=
= -
0,0013 m/s = - 1,3 x 10-3
rB =
=
=
6,7 x 10-4
b. Diket:
t = 20 menit = 1200 s
[A] = 0,667
[B] = 0,667
rA =
10-4 m/s
rB =
10-4 m/s
c. Diket:
t = 50 menit = 3000 s
[A] = 0,444
[B] = 1,112
rA =
10-4 m/s
rB =
=
10-4 m/s
d. Diket:
t1 = 10 menit = 600 s
t2 = 30 menit = 1800 s
[A1] = 0,800
[A2] = 0,571
[B1] = 0,400
[B2] = 0,858
rA =
=
=
1,1 x 10-3 m/s
rB
=
=
= 3,8
x 10-4 m/s
e. Diket:
t1 = 20 menit = 1200 s
t2 = 50 menit = 3000 s
[A1] = 0,667
[A2] = 0,444
[B1] = 0,667
[B2] = 1,112
rA =
=
=
6,2 x 10-4 m/s
rB
=
=
=
2,5 x 10-4 m/s
Jawaban : nomor 2
A. Hukum
Arrhenius
k
= Ae-Ea/RT atau
B. ln
=
﴾
﴿
ln
=
﴾
﴿
ln
0,4833 x 104=
﴾
﴿
ln
4833 =
﴾
﴿
8,483 =
)
8,483 =
2,593 x 10-4 Ea = 70,528
Ea =
=
27,199 x 104 J/mol
= 271,99 KJ/mol
Jawaban : nomor 3
a)
Katalis homogen ialah katalis ada dalam
fasa yang sama dengan fasa reaktan, misalnya katalis fasa gas mempercepat
reaksi dalam fasa gas, atau unsur yang dilarutkan dalam larutan mempercepat
reaksi dalam larutan. Contoh katalis homogen ialah efek klorofluorokarbon dan
oksida nitrogen pada berkurangnya ozon di stratosfer. Contoh kedua ialah
katalis reaksi oksidasi-reduksi. TI+ (aq) + 2Ce4+
(aq) → TI3+ (aq) + 2Ce3+ (aq)
b)
Katalis heterogen ialah katalis berada dalam
fasa yang berbeda. Kasus yang paling penting ialah kerja katalitik dari
permukaan padatan tertentu pada reaksi-reaksi fasa gas dan fasa larutan.
Contohnya ialah dalam produksi asam sulfat yang melibatkan padatan oksida
vanadium (V2O5) sebagai katalis. Banyak katalis pada
lainnya digunakan dalam proses industri. Salah satu yang perlu diperhatikan
ialah reaksi penambahan hidrogen pada etilena untuk membuat etana:
C2H4
(g) + H2 (g) → C2H6 (g)
Jawaban : nomor 4
Reaksi
Kalium Permanganat dengan Asam Oksalat pada percobaan yaitu:
KMnO4 + H2C2O4
→ 2CO2 + H2O + KMnO
B. Pembahasan
Pada percobaan pengaruh konsentrasi HCl
terhadap kecepatan reaksi yaitu perubahan warna dan waktu yang diperlukan
reaksi yaitu sampai tepat mulai terjadi kekeruhan adalah pereaksi ke-6 ke
tabung 1 waktunya yaitu 1 detik, pereaksi ke-5 ke tabung 2 waktunya yaitu 1
menit 8 detik, dan pereaksi ke-4 ke tabung 3 waktunya adalah 1 menit 41 detik.
Sedangkan pada pengaruh konsentrasi Tiosulfat (Na2S2O3)
yaitu perubahan warna dan waktu yang diperlukan reaksi yaitu sampai tepat mulai
terjadi kekeruhan adalah pereaksi ke-6 ke tabung 1 waktunya yaitu 1 menit 6
detik, pereaksi ke-5 ke tabung 2 waktunya yaitu 1 menit 8 detik, dan pereaksi
ke-4 ke tabung 3 waktunya adalah 1 menit 17 detik.
Pada percobaan pengaruh
temperatur pada reaksi HCl dengan Na2S2O3 terhadap
kecepatan reaksi yaitu perubahan warna dan waktu yang diperlukan reaksi yaitu
suhu 50 0C pada tabung 1 dan 4 waktunya 1 menit 20 detik, tabung 2
dan 5 waktunya 32 detik, pada suhu 100 0C waktunya yaitu 27 detik.
Sedangkan pada percobaan pengaruh temperatur pada reaksi H2C2O4
dengan KMnO4 dalam suasana asam adalah pada suhu 50 0C,
pada tabung 1 dan 4 waktunya yaitu 2 menit 44 detik, tabung 2 dan 5 waktunya
yaitu 1 menit 7 detik (warnanya berubah menjadi bening). Sedangkan pada suhu
100 0C, pada tabung 3 dan 6 waktunya yaitu 45 detik (warnanya
berubah lebih cepat), juga pada tabung 2 dan 5 yang dicampurkan dari warna ungu
berubah menjadi warna bening.
Pada percobaan adanya penambahan
KMnO4 (katalis dari luar) terhadap kecepatan reaksi yaitu pada waktu
7 detik tabung 1 berubah menjadi warna ungu, pada waktu 8 detik tabung 2 warna
ungu berubah menjadi warna ungu kemerahan dan adanya endapan, dan pada waktu 7
detik tabung 3 berubah menjadi warna ungu, 29 detik berubah menjadi warna merah,
37 detik berubah menjadi warna orange, 39 detik berubah menjadi warna kuning,
dan pada waktunya 41 detik warnanya berubah menjadi bening. Sedangkan pada
percobaan Adanya Autokatalisator adalah pada tabung 1 waktunya 1 menit 30 detik
warnanya berubah menjadi warna ungu dan pada tabung 2 waktunya 57 detik
warnanya dominan berubah menjadi warna ungu.
Reaksi yang terjadi
pada percobaan-percobaan tersebut yaitu:
Na2S2O3
+ 2HCl → 2NaCl + H2S2O3
VI.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada
hasil percobaan dapat diambil kesimpulan dari tujuan praktikum tersebut yaitu:
☻Menjelaskan
dan menghitung laju reaksi yaitu; Laju reaksi adalah perubahan besarnya
konsentrasi zat pereaksi (reaktan) atau zat hasil reaksi per satuan waktu.
Menghitung laju reaksi, v = -
=
+
atau v
= k[A]a[B]b
Tingkat
reaksi dan mekanismenya yaitu; perincian serangkaian reaksi Erlenmeyer, dengan
laju yang digabungkan untuk menghasilkan reaksi keseluruhan.
☻Pengaruh
konsentrasi terhadap laju reaksi yaitu; besarnya
laju reaksi sebanding dengan konsentrasi pereaksi. Pengaruh suhu terhadap laju
reaksi yaitu; secara kuantitatif dijelaskan dengan hukum Arrehenius yang
dinyatakan dengan persamaan, k = Ae-Ea/RT atau
. Sedangkan pengaruh katalis terhadap
laju reaksi yaitu; katalis biasanya ikut bereaksi sementara dan kemudian terbentuk
kembali sebagai zat bebas.
B.
Saran
Pada saat praktikum hendaknya asisten bisa
lebih memberikan perhatian, arahan, dan bimbingan kepada praktikan supaya
praktikum dapat berjalan dengan baik dan lancar.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 1996. Penuntun Belajar Kimia Dasar Kimia Larutan.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Bresnick,
Stephen. 2002. Intisari Kimia Umum.
Jakarta: Hipokrates.
Charles.
W Keenan, dkk. 1979. Kimia untuk
Universitas. Jakarta: Erlangga.
Karelius, S. Si, M. Sc,
dkk. 2010. Penuntun Kimia Dasar II.
Palangka Raya: Program Studi
Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Oktoby.
W David, dkk. 1998. Prinsip-Prinsip Kimia
Modern. Jakarta: Erlangga.
Rosenberg. L Jerome,
Ph. D. 1985. Teori dan Soal-Soal Kimia
Dasar. Jakarta: Erlangga.
Ralph.
H Petrucci, dkk. 1987. Prinsif dan
Terapan Modern Kimia Dasar. Surabaya: Kendang Sari.
Sunarya, Yayan. 2002. Kimia Dasar II Berdasarkan Prinsip-Prinsip
Kimia Terkini. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.
terimakasih postingannya.. sangat bermanfaat :)
ReplyDeletedarna17.student.ipb.ac.id
thanks infonya.
ReplyDeletesama2 :)
Delete